Article

Sabtu , 11 Jul 2020 09:41:40
Beragam Penyebab Hidung Meler Terus Padahal Tidak Sedang Flu

Hidung berair atau meler seringkali dianggap sebagai bagian dari gejala pilek dan flu. Padahal tak hanya itu, jika Anda sering meler, penyebabnya bisa jadi akibat udara yang kotor. Jika memang karena sakit pilek atau flu, mungkin Anda dapat minum obat. Namun, jika hidung berair disebabkan oleh faktor lain, solusinya pun berbeda. Jadi, apa saja yang dapat menyebabkan hidung terus meler padahal tubuh sedang tidak dalam keadaan sakit?

Mengenal beberapa faktor penyebab hidung meler

Perlu diingat bahwa hidung berair merupakan gejala dari berbagai kondisi kesehatan. Konsistensi lendir yang keluar biasanya lebih cair dan mudah mengalir keluar.

Hidung memproduksi lendir setiap hari, tapi mungkin Anda tidak menyadarinya karena biasanya bercampur dengan air ludah yang berada di bagian belakang tenggorokan.

Lendir akan menjadi cair dan lebih mudah keluar terkadang disebabkan akibat terjadi iritasi atau radang di jaringan nasal. Hal ini juga yang menyebabkan produksi lendir meningkat.

Berikut beberapa penyebab hidung meler yang mungkin belum Anda sadari:

Alergi

hidung meler

Terkadang seseorang tidak sadar bahwa hidung meler yang dialami merupakan sebuah reaksi alergi. Alergi dapat dipicu ketika Anda berada di dalam atau luar ruangan. Pemicu alergi ini disebut ale, dan di antaranya seperti:

  • Debu, baik di dalam maupun di luar ruangan
  • Serbuk sari dari bunga
  • Bulu hewan peliharaan

Beberapa alergen tersebut akan memicu alergi ketika terhirup oleh Anda yang kemudian mengiritasi saluran hidung dan menyebabkan produksi lendir meningkat. Apabila hal ini terjadi, tak heran jika hidung Anda berair atau meler.

Untuk mengatasi hidung meler karena alergi, terdapat obat seperti antihistamin yang dapat menghambat histamin (zat alami dalam tubuh) sehingga reaksi alergi berhenti. Satu lagi, Anda juga dapat menggunakan nasal spray untuk melindungi hidung dari paparan alergen selama 6-8 jam.

Sinusitis akut

Sinusitis (infeksi sinus) terjadi ketika rongga di sekitar saluran hidung mengalami peradangan. Peradangan ini kemudian memicu peningkatan produksi lendir yang kemudian membuat Anda mengalami hidung meler.

Gejala lain yang menyertai sinusitis selain hidung meler termasuk sakit kepala, hidung tersumbat, dan nyeri di sekitar wajah.

Mengatasi sinusitis dapat dilakukan dengan meminum obat pereda nyeri, antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi, dan juga dapat menggunakan nasal spray.

Non-allergic rhinitis

Penyebab hidung meler berikutnya adalah non-alergi rhinitis atau rhinitis vasomotor. Jenis rhinitis ini juga terjadi ketika saluran nasal mengalami peradangan. Akan tetapi, tidak diketahui apa penyebabnya dan bukan karena histamin atau alergen.

Gejala dari rhinitis ini biasanya akan muncul ketika dipicu oleh efek samping obat-obatan, perubahan temperatur, sinar matahari, atau kondisi kesehatan tertentu.

Karena tidak disebabkan oleh histamin, mengonsumsi antihistamin merupakan cara yang kurang efektif untuk mengatasi rhinitis vasomotor. Salah satu cara untuk meringankannya adalah dengan menggunakan nasal spray.

Hidung meler yang terus terjadi sepanjang hari dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Anda perlu segera mencari tahu apa penyebab atau faktor pemicunya. Sebagian besar faktor penyebab yang telah disebutkan di atas dapat dicegah oleh powder nasal spray.

Powder nasal spray berfungsi untuk melindungi hidung untuk mencegah paparan kotoran (polutan) masuk ke dalam hidung dan mengurangi risiko berkembangnya penyakit saluran pernapasan, termasuk hidung meler. Berbeda dengan nasal spray cair, saat powder nasal spray disemprot, bubuknya akan berubah menjadi gel pelindung di dalam lubang hidung dan menangkap partikel-partikel udara kotor agar tidak masuk ke dalam saluran pernapasan. 

Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk sedia powder nasal spray apabila Anda termasuk orang yang sering mengalami hidung meler meski tidak sedang sakit pilek atau flu.

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.